Kejadian 7 tahun lalu
telah mengubah semua kehidupanku , saat kecelakaan menimpa ku dan kedua orang
tuaku, kecelakaan itu merenggut semua kebahagianku , mamahku meninggal saat
kecelakaan itu .
Kecelakaan itu harus
membuatku tergantung pada kursi roda ini, belum lagi rasa bersalah yang selalu
menyelimutiku, kakak yang selama ini menyayangiku sifatnya berubah 180 derajat
dia selalu menyalahiku atas kepergian mamah hanya papah yang saat ini tetap memahami
dan menyayangiku .
Aku selalu mencoba
bicara pada kakakku yang bernama marcel, tetapi dia selalu menghindar dan
memakiku
“ kakak sampai kapan
sikap kakak seperti ini padaku? Kesalahan apa yang membuat kakak membenciku ?
“ tak terasa air mata mengalir dipipiku
“ kau masih bertanya
apa salahmu ? kau sudah membuat orang yang paling berharga dalam hidupku pergi,
andai saja dulu kau tak memaksa mereka untuk mengantarmu kesekolah mungkin
kejadian tujuh tahun lalu tidak akan terjadi”
marcel dengan nada tinggi
“ Tapi kecelakaan itu
bukan kemauanku, kalau saja posisiku dan mamah bisa di tukar aku rela
menukarkan nyawaku dengan mamah” jawabku
dengan air mata yang terus mengalir dipipiku
Ka Marcel tidak
menghiraukan ucapanku, dia hanya tersenyum sinis padaku . tapi aku yakin dihati
kecil ka marcel dia tidak berniat mengacuhkanku.
“ Putri”
Tiba-tiba seseorang
mengagetkanku, aku hafal sekali suara siapa yang memanggilku itu suara papah.
“papah aku ingin
ketaman” manjaku pada papah
“ untuk apa ? “ papah
“ Aku ingin membuat
lukisan untuk ka marcel di taman” ucapku
“ baiklah, apapun untuk
anak papah” ucap papah sambil memelukku
“ Terima kasih papah”
papah meninggalkanku
sendiri ditaman karna ada urusan kantor mendadak .
“Papah tidak akan lama,
kamu tunggu papah disini kalau terjadi sesuatu segera hubungi papah” ucap papah
sambil mencium keningku
Saat aku sedang melukis wajah ka Marcel tiba-tiba
ada seseorang yang menghampiriku
“ Tampan, pasti itu
kekasihmu” ucap seorang lelaki yang tadi
menghampiriku
“ Bukan dia bukan
kekasihku” ucapku datar
“ pasti dia tunganganmu
yang akan segera menjadi suamimu” ucap lelaki itu dengan sok tahu
“ Dia lelaki yang aku
cintai setelah papah saat ini tapi dia bukan kekasih ataupun tunanganku dia
lebih berharga dari itu dia adalah kakak terbaik yang aku punya” senyum tipis terbentuk dibibirku saat
menjawab ucapan lelaki itu
“ Dia pasti bahagia
sekali mempunyai adik secantik kamu dan dia pasti kakak yang selalu
melindungimu” ucap lelaki itu dengan
nada yakin
Tiba-tiba saja saat
mendengar ucapan lelaki itu air mata mengalir deras dipipiku
“ hey kau kenapa ? apa ada
ucapanku yang salah “ tanya lelaki itu bingung
Aku tak menghiraukan
ucapan lelaki itu, aku meninggalkan lelaki itu begitu saja aku gerakkan kursi
rodaku, aku agak kesulitan karna aku membawa lukisan ka marcel. Lelaki itu
terus mengikutiku dan mencoba membantu mendorong kursi rodaku .
“ aku minta maaf jika ucapanku ada yang
menyinggung perasaanmu, aku hanya ingin berteman denganmu”
Aku yang mendengar
ucapannya, tak percaya lelaki setampan dia ingin berteman dengan wanita lumpuh
seperti aku . senyum kecut terukir dibibirku
“ Berteman dengan
wanita lumpuh seperti aku? jangan bercanda “ ucapku sinis
“ aku serius memang ada
yang salah ? “
“ kau bisa mendapatkan
teman yang setara denganmu” ucapku sambil mendorong kursi rodaku tapi tiba-tiba ada tangan yang menahan kursi
rodaku
“ tapi aku ingin berteman denganmu “ jawab
laki-laki itu
Aku tatap wajah lelaki
itu sepertinya ada ketulusan di matanya
“ kenapa kau ingin
berteman denganku, aku hanya wanita lumpuh yang selalu menyusahkan orang-orang
disekelilingku dan aku yang menyebabkan ibuku meninggal bahkan sekarang kakakku saja tidak ingin memiliki adik sepertiku
“ ucapku dengan nada tinggi dan air mata yang membasahi pipiku
Lelaki itu tiba-tiba
terdiam
“ kenapa kau diam,
berubahfikiran ? “ tanyaku kasar
Lelaki itu tersenyum,
dan mengulurkan tangannya
“ namaku Peter , kau salah jika kau anggap kau
penyebab meninggalnya ibumu itu semua adalah rencana allah kau tau rencananya
itu selalu indah”
Tidak tahu apa yang ada
di otakku saat itu ucapan lelaki itu seketika menenangkanku, dan membuat senyum
mengembang di bibirku
“ namaku Putri “ ucapku
membalas uluran tanggannya
“ sekarang kita teman
bukan, kapanpun kau butuh aku aku akan selalu ada untukmu jangan pernah
berfikir bahwa kamu menyusahkanku aku selalu senang membantu teman secantik
kamu” ucap Peter
Semenjak aku bertemu
dengan Peter hari-hariku berubah, aku tak pernah merasa kesepian lagi dan karna
dia aku menjadi semangat untuk menjalani terapi dan aku bertekat untuk bisa
berjalan kembali .
Dua tahun berlalu
hari-hariku selalu bahagia , mesti sikap ka marcer tak kunjung berubah padaku.
**
Pagi itu aku membuatkan
sarapan untuk ka marcel
“ selamat pagi ka
marcel, Putri butin nasi goreng kesukaan ka marcel”
Seperti biasa ka Marcel
mengacuhkanku
“ Putri ambilin ya ka,
ini nasi goreng buat kakak” aku ulurkan nasi piring yang berisi nasi goreng
buatanku
“PRANG,,,,PRANGG”
Ka Marcel menepis
piring itu
“ Ga usah so baik ,mau
bersikap bagaimanapun sikap saya sama kamu ga akan pernah berubah “
Sakit mendengar
perkataan ka Marcel , papah yang mendengar dan melihat kejadian itu menjadi
marah
“ Marcel tidak
sepantasnya kamu bersikap seperti itu pada adikmu” ucap papah dengan nada
tinggi
“ Dia bukan adikku pah
“
Ka marcel pergi begitu
saja meninggalkan dan tak mendengarkan ucapan papah
**
Pagi itu Peter datang
membawa bunga, dia melihat semua kejadian itu , seperti biasa Peter selalu berusaha
membuatku tersenyum
“ Selamat pagi Putri
Cantik, pagi ini Pangeran bawakan bunga untukmu
selamat pagi juga Om , kemana kita hari ini ? “ ucap Peter mencoba
menghiburku
Entah kata-kata ajaib
apa yang bisa membuat moodku berubah menjadi bahagia
“ hari ini kamu temenin
aku beli perlengkapan untuk pesta ulang tahunku nanti “ ucapku semangat
“ siap komandan,
sepertinya ada nasi goreng lezat ayo om kita sarapan “ ajak peter pada papah
“ ayo nak peter pagi
ini kita sarapan nasi goreng buatan putri cantiknya om” jawab papah
Aku tahu sikap mereka
itu tak ingin melihat aku sedih
“ ini nasi goreng
terlezat yang pernah aku makan” ucap peter sambil menatapku
Setelah mereka selesai
makan aku bersiap untuk pergi dengan Peter
“ sudah siap princess ?
ayo kita pergi “ Peter sambil mendorong kursi rodaku
Aku dan Peter pergi
kesebuah pusat perbelanjaan kami membeli semua perlengkapan pesta setelah semua
barang yang kami perlukan dibeli aku tidak lupa membeli kanvas untuk
menyelesaikan lukisan terakhirku untuk ka marcel .
“Peter apa kau bisa
mengantarku ke danau ? “ tanyaku di tengah perjalanan
“ Danau ? untuk apa kau
ingin kesana ? “ tanya Peter heran
“ Aku ingin
melukis” jawabku singkat
“ Mengapa tidak melukis
dirumah saja ? “ Peter
“ ini lukisan
terakhirku untuk ka Marcel, dan aku ingin melukisnya dengan seindah-indahnya
agar hasilnya memuaskan aku butuh tempat yang nyaman “ jawabku
“Lukisan terakhir ? kau
ini bicara apa ? “ tanya Peter kesal
“ Firasatku bilang
seperti itu “ jawabku datar
“ Jangan aneh-aneh kamu
masih bisa melukis untuk ka Marcel kapanpun dan ini bukan yang terakhir, kamu
mengerti “ ucap Peter kesal
Aku melukis wajah ka
Marcel bersama bunda
“ Lukisan-lukisan yang aku buat akan aku
pamerkan di hari ulang tahunku nanti, pestaku nanti akan seperti galery lukisan
yang seluruhnya terinspirasi dari ka Marcel “
“ Ka marcell pasti
bangga dan bahagia sekali “
Hari yang aku tunggupun
akhirnya datang, seluruh undangan telah berkumpul tapi ka Marcel belum juga
terlihat
“ Ayo nak potong
kuenya, para tamu sudah menunggu “ ucap Papah
“ tidak pah aku
menunggu ka marcel “
“ kakak kamu tidak akan
datang” ucap papah
“ Ka Marcell pasti
datang pah “ yakinku
Kemudian Ka marcell
keluar dari kamarnya
“ itu Ka marcellnya
pah, kakak kita nungguin kakak dari tadi “
Ka Marcell tidak
menggubris ucapanku dia pergi meninggalkanku begitu saja, aku mengejar ka
marcell tapi ka Marcel memper cepat
langkahnya , lalu akupun segera mempercepat kursi rodaku .
Terlihat dari kejauhan
mobil berkecepatan tinggi menuju ka Marcel, seketika itu aku teringat
kecelakaan dulu, aku tak ingin terulang lagi aku percepat kursi rodaku lebih
cepat lagi lalu aku dorong Ka Marcel , sayangnya semua itu sia-sia mobil itu
menghantam tubuh kami berdua.
**
Rumah sakit
Aku membuka mataku
perlahan aku lihat Peter dan Papah samar-samar
“ Ka Marcel “
“ Putri, Peter segera
panggil dokter “ perintah papah pad Peter
Aku menahan Tanggan
Peter
“ Tidak perlu panggil
dokter aku ingin bicara “ ucapku perlahan
“ Dimana Ka Marcel pah
? “
“ kakak kamu ,,, “
“ jawab pah “
“ kakak kamu di ruang
ICU dia kehilangan banyak darah dan matanya terancam buta “ ucap papah ragu
“ Papah, janji sama aku
jika terjadi sesuatu dengan aku Papah harus donorkan Kornea mata aku untuk ka
Marcell”
“ kamu ini bicara apa
putri kamu akan baik-baik saja “
“ papah berjanjilah “
ucapku , papah hanya terdiam
“ Peter , terima kasih
telah menjadi Pangeran yang selalu membuat aku semangat untuk terus bisa
berjalan terima kasih telah menjadi malaikat tanpa sayap untukku aku
mencintaimu “ air mata terus mengalir
dan tak lama mata putri terpejam
“ Putri bangun putri “
ucap papah dan Peter
Mataku tak bisa lagi
terbuka , Marcell sudah sadarkan diri kesehatannya mulai membaik hari ini
perban dimatanya akan di lepas .
“ sudah siap marcell”
tanya seorang dokter
Marcel hanya
menggerakkan kepalanya ke ats kebawah bertanda dia siap,perban dimatanya sudah
terlepas sempurna
“ Papah, Dokter,Peter
aku bisa melihat kalian “ ucap marcell gembira
“ Dimana Putri pah ? “
tanya marcell
“ Peter dimana Putri ,
kenapa kalian diam saja “
“ Adikmu sangat
menyayangimu dia berikan lukisan-lukisan ini untukmu, semua lukisannya
terinspirasi dari kamu” ucap papah dengan air mata yang membasahi pipinya
“lalu diman Putri pah ?
“ tanya lagi marcel
“ Peter jawab aku diman
Putri “ Marcel sambil menggoyangkan badan Peter
“ kau tak perlu
khawatir Putri sudah di tempat yang indah bersama mamahmu “
“ apa kamu bilang tapi
aku belum sempat membahagiakannya dan mejaganya “ ucap marcel dengan air mata
“
kau bisa terus ada didekat Putri karna matanya sekarang ada padamu “ ucap Peter
Marcell
sangat menyesal telah mensia-siakan kasih sayang adiknya , sekarang Putri sudah
bahagia di Surga
*SELESAI*
0 komentar:
Posting Komentar